Jumat, 19 Maret 2010

EGOIS (Wajah lain kesedihan)

Hari ini aku menemukan wajah lain dari kesedihan.
Wajah itu bernama EGOIS.

Siang tadi sahabatku mengirimkan sms dan bertanya bagaimana keadaan.

Ada nada terharu menagalun dalam hatiku, dan mengucap kata “akhirnya dia ingat bertanya kabarku”.

Tapi yang terbesar adalah nada KECEWA.

Mengapa baru sekarang dia bertanya seperti itu?
Mengapa tidak lebih awal?
Mengapa tidak lebih sering?
Mengapa dia tidak bisa memberikan “dirinya” lebih dari yang dia lakukan saat aku begini terluka?
Mengapa orang lain, yang harus memperhatikan aku lebih?dan bukan dia, dia-yang adalah pasanganku-ketika berikrar kami adalah sahabat, bertahun dahulu?

Ada ribuan MENGAPA untuknya?
EGOIS bukan?

Aku tidak mengeluh ketika dia mengingat ulang tahunku di penghujung hari.
Aku tidak mengeluh ketika dia tak bertanya tentang penerbangan yang baru kulalui.
Aku tidak mengeluh jika kami tidak lagi bisa menghabiskan banyak waktu bersama.
Aku tidak mengeluh ketika dia tak bertanya apapun ketika aku sampai di kota yang baru.
Aku tidak mengeluh jika aku yang selalu lebih dulu menghubunginya.
Aku tidak mengeluh karena ku sadar hidup kami berbeda.

Kesedihan ini begitu besar.
Dia tahu jelas.
Tapi mengapa dia tak mengiringiku melalui kesedihan ini?
Mengapa dia tak berlaku sebagai SAHABAT kali ini?

Kesedihan ini memang EGOIS.
Tapi maaf saja, aku tidak akan minta maaf untuk keegoisan kali ini.

0 komentar: