Selasa, 21 Juli 2009

We have to earn what we want

We have to earn what we want.

Semua orang atau sebagian besar penduduk di bumi ini pasti meyakini kalimat itu.
Kita harus memperjuangkan apa yang kita inginkan.
Ingin kaya??bekerja keraslah, menabunglah, atau menikahlah dengan orang kaya.
Ingin cantik??perawatan dong, baik di rumah dan di salon.
Ingin langsing?? Olahraga dan kurangi ngemil.
Ingin pintar??jadilah manusia pembelajar.
Ingin dicintai??jadilah pribadi yang layak dicintai.

See!!we have to earn what we want.
Lucky is not being everybody’s right.

Sebenarnya postingan bukan ingin memberikan kalimat-kalimat motivasi.
Tidak sama sekali, karena Pak Mario Teguh sudah cukup untuk memberikan kalimat-kalimat motivasi yang ruarrrr biasa (Golden way.red)

Aku hanya berpikir sering kita menginginkan sesuatu tapi tak bersedia untuk melakukan hal-hal yang membuat keinginan kita terwujud.

Masih ingat postingan yang ini ?
Beberapa hari setelah kejadian itu, aku mendapat off line message darinya.
Aku cuekin. Karena memang sudah telat sekali untuk membalas sapaannya dan aku masih bete.
Setelah itu, secara teratur dia mengirimkan sms2 yang kupikir tidak penting.Tak lebih hanya membuka opbrolan. Kemudian aku berkesimpulan, dia merasa bersalah.

Saat ini, sebenarnya, aku sudah tak bete lagi. tapi aku tak ingin hal ini berlalu begitu saja dengan pemikiran “yah sudahlah lupain saja, ngobrol aja dan kembali seperti biasa lagi”

Kalo dia merasa bersalah, mintalah maaf.
Itu kan suatu hal yang wajar.
We have to earn want we want.
Kalau merasa bersalah, dan ingin berbaikan,
mintalah maaf.
Itu bukan sesuatu hal yang mengada-ngada kan??
Itu juga bukan hal yang susah sekali dilakukan.Iya kan??

Teman, ayolah...kita sudah sama-sama dewasa.
Kita pun tahu, dalam setiap interaksi pasti ada konflik.
nah, sekarang bagaimana kita mengelola konflik itu menajdi sesuatu yang memperkuat relasi kita.
Kalo merasa bersalah, minta maaf saja.kita bicarakan dan selesaikan hal ini secara dewasa.
Ayo kita manage konflik ini dengan baik.
Kamu belajar meminta maaf,
dan aku belajar memaafkan.
Itu adilkan??
Kita berhenti saja berpura-pura, bahwa memulai obrolan seperti biasa, akan mengembalikan keadaan seperti semula. Kita ga akan bisa belajar sesuatu, kalau selalu meniadakan sesuatu.

Meskipun aku tidak mudah selalu mudah untuk memaafkan, namun aku juga tidak ingin membesar-besarkan masalah ini. Aku hanya ingin kita belajar dewasa melalui hal ini. Itu saja.

0 komentar: