Senin, 15 Juni 2009

memandang berbeda

Masih tentang rapat yang menyisakan penat dihatiku.

Diantara rapat yang mebuatku mana dan naik darah, malam ini ada sesuatu yang menjadi oleh-oleh di hatiku yang semoga bisa kukenang selamanya.

Sisa Annual progress report per motivator pengembangan kulisankan.
mereka protes. banyak yang bertambah.dan mereka mengeluhkan banyak data anak yang nyasar.
Tidak pernah menyenangkan menjadi sorotan.
Tidak pernah dengan mudah terima ketika pekerjaan kita dikritik.
Aku pun berargumen, bahwa seharusnya kekeliruan data itu sudah mereka laporkan dari maret, dan bukan sekarang pada saat masa pengerjaan APR akan berakhir.
Capek berargumen.
Dan akhirnya saya minta maaf di depan mereka (saya sangat mensyukuri bisa melakukan hal ini langung dihadapan mereka, tapi percayalah rasanya tidak enak. Tidak mudah mengaku salah, memang)

Bahkan ketika rapat berakhir masih ada rasa tidak terima di persalahkan dalam hati saya.
Saya kembali membahas dengan teman setim. tentu saja dia berada di pihak saya.Karena kita satu tim. Dan saya merasa cukup puas dengan pembelaan dia. Karena kita berdua memang tidak terima dipersalahkan. Dan kita menganggap mereka lebay.

Tapi entahlah, dalam kesendirian nurani saya tidak mampu lagi dibohongi.
dia kembali menuding saya dan meyakinkan bahwa saya patut dipersalahkan dan minta maaf.
Saya pada akhirnya berdiam dan merenung. Mencoba melihat dari cara pandang mereka.
Mengapa mereka segitu serunya memprotes saya padahal data yang tidak cocok hanya sedikit saja. Hanya berkisar jumlah jari pada sebelah tangan, paling banyak.
Akhirnya saya mengerti. bagi saya itu hanya data tapi tidak bagi para teman-teman fasilitator pengembangan itu.
Satu data, berarti satu anak.berarti mereka harus menuju desa si anak (yang dapat dipastikan jauh). Pasti lelah. Pasti jenuh bahkan frustasi ketika berpikir pekerjaan itu sudah mendekati akhir, tapi tiba-tiba menjauh lagi. protes dan berang adalah reaksi yang wajar saja.

Saya bersyukur tadi saya meminta maaf.
Saya tidak menyesal.
bahkan saya patut menyesal jika tadi saya tidak meminta maaf.
Akhirnya di penghujung hari ini,
saya kembali sepatutnya saya meminta maaf kembali.
karena saya sempat berpikir bahwa saya tidak patut meminta maaf.

Maafkan saya yah teman-teman...
(kayak lebaran aja...hehe

June 02.2009

0 komentar: